Sering kali kita mendengar pernyataan bahwa Kebenaran hanya ada satu atau Kebenaran hanyalah milik seseorang atau mahluk apapun yang menjadi otoritas tunggal. Walaupun hal tersebut didukung dan dibenarkan oleh banyak orang tetapi Buddhisme mengajarkan kepada kita 2 jenis Kebenaran, yaitu Kebenaran Konvensional dan Kebenaran Hakiki.
Dua jenis Kebenaran ini haruslah dipahami sebaik-baiknya oleh kita yang beraspirasi mencapai pencerahan dan Nibbāna. Mencampur-adukkan keduanya adalah keliru mengartikan Ajaran Buddha. Di dalam Tipitaka kita akan menemui dua jenis kebenaran ini. Ada makna yang tersirat, yang tersembunyi di dalam kata-kata yang diucapkan Buddha. Sebaliknya ada juga Dhamma dengan makna yang tersurat, eksplisit dan gamblang sesuai dengan yang dinyatakan. (A1:60)
Kedua jenis Kebenaran ini menempati posisi yang sama pentingnya. Satu Kebenaran tidak diatas Kebenaran yang lain. Dan apabila jenis yang satu adalah Kebenaran Hakiki maka bukan berarti jenis Kebenaran yang lainnya adalah palsu atau salah. Dari jenis apapun maka sesuai dengan namanya maka keduanya adalah Kebenaran.
Untuk para murid yang bisa mencapai pencerahan dengan kalimat-kalimat konvensional spt Aku, kamu, manusia, deva dll, Buddha mengajarkan Dhamma dengan bahasa konvensional. Sebaliknya maka Buddha akan membabarkan Dhamma dengan bahasa-bahasa dari Kebenaran mutlak, seperti pancakkhandha, ayatana, dhatu, sacca dll. (AA 1:54-55)
Jadi, apakah yang dimaksud dengan dua jenis Kebenaran? Bagaimana menghindari pencampur-adukan dari keduanya? Dan bagaimana memanfaatkan dua jenis Kebenaran ini untuk latihan demi kemajuan tingkat spiritual kita?
(Dari Kelas Pariyatti Sasana di Dhammavihari Buddhist Studies (DBS), tanggal 20 Desember 2015)
Dua jenis Kebenaran ini haruslah dipahami sebaik-baiknya oleh kita yang beraspirasi mencapai pencerahan dan Nibbāna. Mencampur-adukkan keduanya adalah keliru mengartikan Ajaran Buddha. Di dalam Tipitaka kita akan menemui dua jenis kebenaran ini. Ada makna yang tersirat, yang tersembunyi di dalam kata-kata yang diucapkan Buddha. Sebaliknya ada juga Dhamma dengan makna yang tersurat, eksplisit dan gamblang sesuai dengan yang dinyatakan. (A1:60)
Kedua jenis Kebenaran ini menempati posisi yang sama pentingnya. Satu Kebenaran tidak diatas Kebenaran yang lain. Dan apabila jenis yang satu adalah Kebenaran Hakiki maka bukan berarti jenis Kebenaran yang lainnya adalah palsu atau salah. Dari jenis apapun maka sesuai dengan namanya maka keduanya adalah Kebenaran.
Untuk para murid yang bisa mencapai pencerahan dengan kalimat-kalimat konvensional spt Aku, kamu, manusia, deva dll, Buddha mengajarkan Dhamma dengan bahasa konvensional. Sebaliknya maka Buddha akan membabarkan Dhamma dengan bahasa-bahasa dari Kebenaran mutlak, seperti pancakkhandha, ayatana, dhatu, sacca dll. (AA 1:54-55)
Jadi, apakah yang dimaksud dengan dua jenis Kebenaran? Bagaimana menghindari pencampur-adukan dari keduanya? Dan bagaimana memanfaatkan dua jenis Kebenaran ini untuk latihan demi kemajuan tingkat spiritual kita?
(Dari Kelas Pariyatti Sasana di Dhammavihari Buddhist Studies (DBS), tanggal 20 Desember 2015)