Sukhaṃ vedayamānassa vedanaṃ appajānato,
so rāgānusayo hoti, anissaraṇadassino.
Dukkhaṃ vedayamānassa, vedanaṃ appajānato,
paṭighānusayo hoti, anissaraṇadassino.
Adukkhamasukhaṃ santaṃ, bhūripaññena desitaṃ,
tañcāpi abhinandati, neva dukkhā pamuccati.
Yato ca bhikkhu ātāpī, sampajaññaṃ na riñcati,
tato so vedanā sabbā, parijānāti paṇḍito.
So vedanā pariññāya, diṭṭhe dhamme anāsavo,
kāyassa bhedā dhammaṭṭho, saṅkhyaṃ nopeti vedagū”ti. (S4.205-206)
Untuk dia yang merasakan kebahagiaan, dikarenakan tidak memahami perasaan,
dia mempunyai kecenderungan laten nafsu, dia adalah seseorang yang tidak melihat jalan-keluar.
Untuk dia yang merasakan kesakitan, dikarenakan tidak memahami perasaan,
dia mempunyai kecenderungan laten penolakan, dia adalah seseorang yang tidak melihat jalan-keluar.
Pada saat ada perasaan tidak-sakit-dan-tidak-bahagia, seperti yang diajarkan oleh Ia yang mempunyai Kebijaksanaan yang luas, apabila dia juga menyenanginya, [maka] dia tidak akan terbebas dari penderitaan.
Selama seorang bhikkhu berjuang keras dan tidak mengabaikan pemahaman-penuh, maka dia adalah seorang bijaksana, yang memahami semua jenis perasaan.
Memahami perasaan secara utuh, dia bersih dari ‘batin-yang-memancar-keluar’ disini-dan-sekarang. Pada saat tubuhnya terurai, dia [akan] berdiri tegak di dalam Dhamma. Seseorang yang mencapai pengetahuan-tertinggi tidak bisa dikenali. (Komentar: tidak dikenal sebagai seseorang yang penuh nafsu [ratta], penuh kebencian [duṭṭha] dan terdelusi [mūḷha])
so rāgānusayo hoti, anissaraṇadassino.
Dukkhaṃ vedayamānassa, vedanaṃ appajānato,
paṭighānusayo hoti, anissaraṇadassino.
Adukkhamasukhaṃ santaṃ, bhūripaññena desitaṃ,
tañcāpi abhinandati, neva dukkhā pamuccati.
Yato ca bhikkhu ātāpī, sampajaññaṃ na riñcati,
tato so vedanā sabbā, parijānāti paṇḍito.
So vedanā pariññāya, diṭṭhe dhamme anāsavo,
kāyassa bhedā dhammaṭṭho, saṅkhyaṃ nopeti vedagū”ti. (S4.205-206)
Untuk dia yang merasakan kebahagiaan, dikarenakan tidak memahami perasaan,
dia mempunyai kecenderungan laten nafsu, dia adalah seseorang yang tidak melihat jalan-keluar.
Untuk dia yang merasakan kesakitan, dikarenakan tidak memahami perasaan,
dia mempunyai kecenderungan laten penolakan, dia adalah seseorang yang tidak melihat jalan-keluar.
Pada saat ada perasaan tidak-sakit-dan-tidak-bahagia, seperti yang diajarkan oleh Ia yang mempunyai Kebijaksanaan yang luas, apabila dia juga menyenanginya, [maka] dia tidak akan terbebas dari penderitaan.
Selama seorang bhikkhu berjuang keras dan tidak mengabaikan pemahaman-penuh, maka dia adalah seorang bijaksana, yang memahami semua jenis perasaan.
Memahami perasaan secara utuh, dia bersih dari ‘batin-yang-memancar-keluar’ disini-dan-sekarang. Pada saat tubuhnya terurai, dia [akan] berdiri tegak di dalam Dhamma. Seseorang yang mencapai pengetahuan-tertinggi tidak bisa dikenali. (Komentar: tidak dikenal sebagai seseorang yang penuh nafsu [ratta], penuh kebencian [duṭṭha] dan terdelusi [mūḷha])